19 Mei 2011

BOEDI OETOMO

Tepat seratus dua tahun yang lalu, Raden Tomo dan sahabat-sahabatnya secara resmi mendirikan sebuah organisasi yang beranggotakan Pribumi Jawa pertama kali di Indonesia, nama organisasi itu, Boedi Oetomo. Boedi Oetomo pertama-tama menawarkan sekolah-sekolah berkurikulum Belanda kepada rakyat, organisasi itu terus mempropagandakan bersatunya rakyat Jawa melalui organisasi. Anggota B.O. awalnya siswa sekolah dokter yang merupakan perintisnya kemudian para petinggi pemerintahan daerah dan kemudian rakyat Jawa yang selalu tunduk mengikuti pemimpin mereka.

Wawasan kedaerahan yang dilakukan Boedi Oetomo, yang dalam tradisi-tradisinya menggunakan kebudayaan Jawa, dan bukannya wawasan keIndonesiaan, telah dimaafkan dan tidak diungkit sama sekali. Padahal yang dibutuhkan Indonesia kala itu adalah, bangkitnya nusantara secara keseluruhan untuk bersatu melawan kolonialisasi. Hal itu mungkin karena terlalu diagung-agungkannya keberanian kaum pribumi untuk pertama kalinya mendirikan organisasi modern.

Sebenarnya, berdirinya Boedi Oetomo itu pun sudah sangat terlambat, organisasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh golongan Tiong Hoa telah muncul bahkan delapan tahun sebelumnya, dan tiga tahun setelah organisasi itu muncul, organisasi bentukan penduduk Hindia golongan Arab muncul menyusul, sedangkan Pribumi masih juga tidur nyenyak.

Dan akhirnya kebangkitan dari terlalu lama tidur itulah yang dirayakan hingga saat ini. Dari lahirnya organisasi pertama, kemudian muncul banyak organisasi-organisasi pemuda kedaerahan. Seperti Jong Java, Jong Celebes, dan sebagainya. Tapi sama sekali belum muncul organisasi yang memiliki visi berbangsa untuk bersatu diantara semua suku di nusantara.

Tapi akhirnya ada setelah duapuluh tahun kemudian, organisasi-organisasi kepemudaan di daerah-daerah mulai berpikir untuk menyatukan bangsa ini, dengan Sumpah Pemudanya, mereka bersumpah bersatu meskipun berbahasa daerah yang berbeda.
Rasa persatuan itulah yang kemudian membawa pemuda-pemuda Indonesia selanjutnya untuk melawan kolonialisme yang telah lebih dari tiga ratus tahun menguasai Indonesia. Dan puncaknya, akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaannya dari Belanda pada hari Jumat, bulan Ramadhan, 17 Agustus 1945.

Ternyata hanya sampai disana perjuangan kepemudaan berakhir. Akhirnya para pemuda tergiur untuk menguasai pemerintahan dan perjuangan untuk rakyat pun berhenti sejak saat itu, dilanjutkan perjuangan demi golongan masing-masing.

Mari kita lihat Indonesia jaman ini, sekarang Indonesia bukan hanya terlambat dua hingga delapan tahun dibanding negara lain seperti dulu, tapi kita sudah tertinggal puluhan tahun. Indonesia bahkan belum memiliki visi bangsa sesungguhnya tentang akan menjadi bangsa yang bagaimana Indonesia di masa yang akan datang. Apalagi dalam proses perintisannya.

Indonesia kini seolah kembali ketika masa kolonialisasi seratus tahun yang lalu, para petinggi di atas sana masih menjadi alat atas kekuasaan diatasnya lagi yang entah siapa. Kesejahteraan rakyat sekarang seperti tidak ada bedanya ketika mereka masih dipaksa keja rodi oleh kolonial saat itu. Para terpelajar yang sudah tahu bahwa memang ada yang salah pada bangsa ini, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena besok pun mereka akan bekerja untuk kekuasaan di atas sana.

Apa itu berarti kebangkitan seratus tahun yang lalu itu sia-sia? Ketika keadaan bangsa ini setelah kemerdekaan tidak ada bedanya dengan keadaan bangsa saat kolonialisasi?

Ternyata kebiasaan terlalu lama tidur dan tidak segera bangkit terus turun menurun sampai sekarang. Malah mungkin lebih parah dari sebelumnya.

Tapi kebangkitan itu harus. Suatu saat nanti, Indonesia pasti akan bangun. Entah terlambat beberapa tahun dari negara tetangga, atau bahkan hingga terlambat ratusan tahun dari negara lainnya.

Atau pilihan lain, kita malah akan terlalu terlambat saat bangsa ini tidak memiliki pemasukan apapun dan hanya menunggu vonis bangkrut dari negara-negara di dunia. Atau lebih parah lagi, bangsa ini sudah tidak memiliki visi kebangsaannya, tidak memiliki lagi keideologian bangsa dan kebudayaan Indonesianya, sehingga Indonesia hanya sebuah negara tanpa arti lebih dari sekedar perusahaan yang asetnya dengan mudah dipindah tangankan oleh pihak diluar sana dan hanya berpikir untuk tidak bangkrut.
Yah, seharusnya momentum 100 tahun kebangkitan bangsa bukan hanya dirayakan dan disiarkan di seluruh stasiun televisi nasional, namun dengan lebih dalam lagi merenungkan pantaskah Indonesia masih tidur nyenyak saat ini?

seorang pemuda Indonesia
mudaberanidanberbahaya.blogspot.com
BIBLIOGRAPHY
Toer, Pramoedya Ananta. 1985. Bagian ketiga Tetralogi Buru: Jejak Langkah. Jakarta: Lentera Dipantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan