22 Juni 2011

i'm taking a long road

mulai minggu depan aku akan melakukan perjalanan panjang selama dua bulan.
ke tempat yang jarang dilalui hiruk pikuk manusia.
aku juga menghindari hiruk pikuk manusia, untuk mencoba mengenali kedalaman diriku sendiri untuk memahami Tuhanku, juga untuk melihat kebesaran Tuhanku dari dunia yang aku lihat selama perjalananku itu.
aku akan tetap terus menulis, aku berjanji, aku akan terus menulis mengenai duniaku saat itu.
sampai ketemu lagi.

21 Juni 2011

LOMBA LOGO PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)

 Persyaratan lomba :

  1. Desain harus memenuhi unsur A-R-T :
    • Asli : merupakan karya orisinil, bukan merupakan saduran, tiruan, ataupun jiplakan dari gambar atau logo tertentu.
    • Representatif : bisa mewakili makna dari Visi, Misi, Maksud & Tujuan Perusahaan, Budaya Perusahaan dan Warna Identitas Perusahaan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO).
    • Top : desain mudah dipahami (self explanatory) tanpa harus kehilangan unsur keindahannya serta mudah direproduksi.
  2. Peserta diperbolehkan mengirim maksimal 2 (dua) desain.
  3. Kriteria penilaian adalah orisinalitas karya, relevansi logo dengan Visi, Misi, Budaya Perusahaan, dan Warna Identitas PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO), unsur estetika, dan pengaplikasian logo pada berbagai media. 
  4. Seluruh konten yang ada dalam hasil desain merupakan tanggung jawab dari peserta lomba.
  5. Desain tidak boleh menyinggung SARA dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Mekanisme lomba :
  1. Lomba dibuka untuk umum, WNI, diikuti secara perorangan maupun kelompok serta tertutup untuk panitia, dewan juri dan keluarganya
  2. Peserta tidak dipungut biaya pendaftaran.
  3. Peserta wajib melampirkan identitas diri (nama lengkap, pekerjaan/ profesi, alamat kantor/ rumah, nomor telepon, e-mail) dan fotocopy tanda pengenal (KTP/ Kartu Pelajar/Mahasiswa/ SIM/ Paspor).
  4. Peserta diwajibkan mengisi dan menandatangani surat pernyataan keaslian ide diatas materai Rp 6000,-
  5. Desain logo (dibuat dalam format CMYK) & konsep filosofi logo dicetak ukuran A3 (hitam & warna) dan CD file dengan folder logo asli (CorelDraw/PhotoShop/Freehand/Ilustrator), folder presentasi (JPEG 300 dpi-High Quality) folder konsep filosofi atau makna logo (Ms Word).
  6. Konsep diketik di kertas A3, 1.5 spasi dan ditempelkan di bagian belakang desain logo utuh.
  7. Logo harus mencantumkan text PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO).
  8. Penampilan logo sederhana, mudah diingat dan dapat diterapkan pada berbagai kemungkinan teknik dan media, baik 2 dimensi maupun 3 dimensi.
  9. Tidak boleh menggunakan framing.
  10. Semua hasil karya dimasukkan dalam 1 amplop coklat besar yang berisikan 2 amplop coklat terdiri dari amplop 1 berisikan point 3 & 4 dan amplop 2 berisikan point 5 & 6.
  11. Semua dokumen tidak boleh dilipat dan dikirimkan ke :

    Panitia Lomba Logo PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
    PO BOX 5555 BANDUNG 40000
  12. Dokumen diterima paling lambat pada tanggal 15 Juli 2011.
  13. Semua dokumen yang masuk dalam lomba menjadi hak milik dan berhak digunakan untuk kepentingan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) dalam bentuk apapun.
  14. Panitia dan dewan juri tidak melayani surat menyurat pada lomba ini.
  15. Pengumuman pemenang lomba akan dipublikasikan di website PT. KAI (PERSERO) pada tanggal 28 September 2011.
  16. Keputusan Dewan Juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

20 Juni 2011

0001

“Krack..”
Suara retakan pertama yang aku dengar dalam hidupku. Suara retakan cangkang telurku sendiri. Disusul dengan suara-suara retakan lain disekelilingku. Bersahut-sahutan. Berulang-ulang.

“Sa..” aku tersekat. Susah sekali mengeluarkan kata pertama dari mulutku. Aku berdehem dan terbatuk. “Saudaraku, uhuk,” lagi-lagi terbatuk. “Saudara-saudaraku, apakah kalian baik-baik saja?” aku berhasil mengeluarkan kata-kata dari mulutku sekaligus berhasil mengeluarkan tubuhku yang masih lemah dari cangkang yang selama ini melindungi embrioku.

Aku masih belum mendapatkan jawaban, namun aku merasakan tubuh-tubuh saudara-saudaraku yang bergesekan di sekelilingku. Aku tahu keempat belas saudara-saudara disampingku baik-baik saja. Tapi aku masih memiliki 985 ekor saudara laki-laki lainnya yang sedang berjuang keluar dari telur mereka yang harus aku pastikan keadaannya. Adik-adikku, yang kesemuanya laki-laki karena pasir pantai yang suhunya agak dingin belakangan ini, sudah kupastikan kesemuanya selamat keluar dari cangkang mereka. Aku bersyukur.

“Adik-adikku! Kalian baik-baik saja?!” aku ulangi pertanyaanku. Bukan jawaban yang aku dapatkan, tapi dengungan jawaban dari adik-adikku disusul dengan batuk-batuk. Aku memutuskan akan berkeliling dan mencari jawaban atas pertanyaanku sendiri.

“Adikku! Apa kau bisa mendengarku? Genggam tanganku, akan kubantu kau keluar. Nah begitu lebih baik.” aku menggesek-gesek telur salah satu adikku untuk mendapatkan jawaban.

“Bantu yang lain bila kalian sudah berhasil menetas, hari-hari pertama dalam hidup kita adalah yang terberat. Bantu yang lain.” aku berkata pada adik-adikku lain yang sudah terlebih dulu berhasil keluar dari cangkang telur mereka.

 “Adik-adikku, sebentar lagi kita akan ke permukaan pasir pantai. Tetap waspada, kalian tahu kenapa? Karena hanya kita penyu sisik yang berhasil menetas dari jutaan telur penyu sisik. Kita sangat beruntung telur-telur kita dapat menetas. Ribuan telur penyu lainnya ditemukan oleh dunia dan diambil sebelum menetas. Kita hanya sebagian kecil yang tersisa. Kita harus hidup. Namun perjuangan hidup justru lebih berat lagi diatas sana, adik-adikku.” aku berkeliling, trus membantu adik-adikku yang lain sekaligus memberikan arahan keselamatan selagi bisa. Aku tidak punya banyak waktu di bawah sini.

“Di atas permukaan pasir, tantangan terbesar kita adalah serangan kilat dari langit. Monster-monster itu memang tidak dapat menghancurkan cangkang kita, tapi itu justru yang membuat mereka membawa kita ke langit dan menjatuhkan kita untuk membunuh dan menghancurkan cangkang kita. Mereka sangat kejam dan kuat! Aku sendiri tidak tahu bagaimana mengalahkan mereka. Tapi yang pasti jumlah kita lebih banyak dari mereka. Mereka hanya beberapa dan kita ada seribu. Jangan egois hanya mempertahankan hidup sendiri. Kita harus saling membantu dan menyelamatkan saudara-saudara yang lain. Tujuan kita saat di permukaan adalah sesegera mungkin masuk ke laut. Paham?” menampilkan akibat terburuk, kemudian meningkatkan kepercayaan pada kemampuan diri, dan terakhir tujuan. Itu yang aku sampaikan sebagai telur yang keluar dan menetas pertama kali. Aku kakak tertua dari seribu telur penyu sisik yang berhasil menetas.

Aku sendiri merinding membayangkan kejamnya dunia. Aku tidak pasti apakah di akhir nanti aku dapat bertahan hidup atau tidak. Aku hanya berharap sedikit kata-kataku dapat menyelamatkan setidaknya satu saja hidup kami.

“Tantangan kedua, yang kalian hadapi dalam sepanjang tahun pertama, bertahan di laut. Hati-hati pada predator laut. Buka hati kalian dan dengarkan insting sekecil apapun yang diberikannya. Lalu bantu istri kalian bertelur sebanyak-banyaknya di tempat yang paling aman. Begitu seterusnya. Buat hidup kalian berharga untuk spesies kita, adik-adikku.” Aku sendiri belum pernah merasakan sendiri hidup itu seperti apa. Buatku hidupku ini juga pertama kalinya. Aku hanya mendengar itu semua dari doa ibuku selama bertelur berjam-jam sejak mengeluarkanku, telur 0001, hingga adik bungsuku 1000.

Ya Tuhan, selamatkanlah anak-anakku
Jagalah telur-telur mereka dari keserakahan dunia
Jagalah tubuh mungil mereka dari serangan langit
Bantu mereka berlari menuju laut
Bantu mereka bertahan di laut
Berkahilah hidup mereka
Aku hanya mampu mendoakan dari jauh
Aku tidak berdaya
Hanya Engkau yang mampu menolong mereka
Karena Engkau Maha Pelindung dari marabahaya

Aku mengulang doa ibuku sekali lagi untuk membangkitkan semangat hidup adik-adikku, “Aku mendengarkan doa ibu kita selama bertelur, adik-adikku. Kalian juga mendengarnya kan? Ibu telah memperingatkan kita sejak menelurkan kita. Ini bukan masalah hidup salah satu dari kita saja. Tapi kehidupan kita juga sangat berharga untuk mempertahankan spesies kita. Hidup kita berharga untuk seluruh bumi.”

“Ini mungkin pertama dan terakhir kalinya kita berkumpul dan berbicara. Aku sangat sayang pada kalian. Pertahankan hidup kalian, adik-adikku. Ayo, cepat ke permukaan!” Aku mengucapkan selamat tinggal dengan mendorong salah satu adikku ke arah permukaan. Tindakanku diikuti oleh adik-adikku. Mereka mendorong untuk membantu yang lain naik ke permukaan.

“Semangat adik-adikku! Terus bantu yang lain! Waktu kita tidak banyak!” Aku terus mengulang kata-kata itu hingga suaraku serak. Aku baru pertama kali menggunakannya dua puluh menit yang lalu dan sekarang malah sudah hampir habis.

Aku mendorong adik terakhirku 1000 yang kebetulan berada di dekatku ke permukaan dan menyusulnya. Aku seketika buta. Aku tidak tahu apa namanya benda menyilaukan itu yang terasa sangat panas di tubuhku. Beberapa detik aku tidak bisa melihat apa-apa. Tapi aku mendengar banyak hal.

Ibuku memendam telur-telurnya di tempat yang menurutnya paling aman sedunia: bagian pasir pantai yang tidak mudah abrasi ketika pasang surut dan pasir yang bukan daerah kepiting sejenisnya tinggal. Itu berarti lumayan jauh dari garis pantai yang jelas sangat menyulitkan kami bertahan hidup dan kesempatan yang lebih besar bagi pemangsa dari langit untuk menculik adik-adikku.

“Toloooong!” Teriakan minta tolong terdengar dimana-mana. Itu suara adik-adikku. Apa yang terjadi? Ah, serangan langit terjadi disaat aku dan adik-adikku tersengat buta sekejap! Beberapa ekor adikku dipatuk dan dibawa pergi ke langit oleh penyerang-penyerang yang tidak ada habisnya. Aku harus mengambil kendali.

“Berlarilah berkelompok, adik-adikku! Lindungi yang lain dan cepat menuju air!” Aku memang tahu, secepat-cepatnya penyu sisik berjalan, kami masih dua puluh kali lebih lambat dari penyerang yang datang dari langit, tapi tidak ada salahnya mencoba. Apalagi di saat seperti ini.

“Cepaaat!!” aku mendorong tubuh 1000, adik terakhirku yang berjalan sangat lambat, dan setelah kuperhatikan, ternyata sirip kanannya tidak berkembang sempurna. Ukurannya lebih kecil dari yang lain. Tidak ada jalan lain. Aku mendorongnya dari belakang agar mampu lebih cepat menuju ke air laut.

“Aku tidak kuat, Kakak 0001. Aku tidak mampu. Relakan saja hidupku.” 1000 berbisik sambil terengah-engah. “Tidak bisa, dasar bodoh! Satu ekor dari kita dapat berarti banyak bagi dunia. Jangan mati. Kau terlalu berharga untuk mati.” aku menjawab marah dan melampiaskan kemarahanku dengan mendorongnya maju setengah mati.

Aku berusaha untuk terus membuka mata dari pemandangan yang sama sekali tidak ingin kulihat. Adik-adikku diangkat kelangit dan dijatuhkan di bebatuan karang utara untuk dipecahkan cangkang mereka. Aku tidak bisa melihat adik-adikku dibunuh seperti itu. “Jangan takut adik-adikku! Fokus pada tujuan! Segera menuju laut!” Hanya itu yang bisa aku lakukan.

Aku melihat bayangan berkelebat di sekitarku. Ada satu monster yang mendekatiku. Bukan, targetnya bukan aku, tapi adik terakhirku yang sedang aku dorong setengah mati. Keadaan seperti ini tidak bisa kubiarkan.

Monster itu menukik tajam kearah adikku. Aku melompat dari yang tadinya dibelakang adikku hingga diatasnya. Dan memang seperti yang kurencanakan, aku lah yang diangkat oleh monster itu. Tapi rencanaku belum bekerja. Saat tubuhku terangkat, aku segera mencengkram tangan adikku yang normal. Kami berdua terangkat. Bukan, bukan untuk mati bersama.

“Kakak, a-aa-apa yang terjadi?” Adikku terbata-bata. Kami terbang, atau tepatnya dicengkram di salah satu kaki monster yang berkuku tajam yang bisa merobek dagingku. “Ikuti saja apa yang aku katakan.”

Aku melihat sekeliling dan mataku terpana dengan dunia. Beberapa saat yang lalu aku baru keluar dari cangkangku dan bertemu saudara-saudaraku yang kuat dan yang lemah. Rasa sayang tumbuh dalam sekejap dan sekarang aku melihat adik-adikku jatuh pecah di bebatuan karang. Pada hari yang sama, pada jam yang sama. Aku silau pada benda panas di langit hingga buta, dan kini aku melihat dari langit betapa birunya laut yang merupakan tujuan kami hari ini. Semuanya itu dalam sehari, ah tidak, setengah hari.

Aku sudah mencapai ketinggian yang tepat untuk melakukan rencanaku, selagi monster ini belum mengarahkan tubuhku dan adikku ke bebatuan karang.

“1000, dengarkan aku, kau akan kulempar..” kata-kataku terputus ketika monster ini sedikit menggoncangkan kakinya.

“Apa?”

“Kulempar!”
“Haaah?!”

“ Akan kulempar kau ke laut dari ketinggian ini.”

“Kakak bagaimana?”

“Jangan pikirkan aku. Hidupmu bisa menjadi jauh lebih berharga dari hidupku.”

“ Aku tidak bisa, Kak.”

“Tidak bisa bagaimana. Aku mempertaruhkan hidupku untuk menyelamatkan adik-adikku. Dan jangan membuat hidupku menjadi sia-sia dengan dirimu menjadi pengecut seperti itu.” Aku tidak mau mendengarkan pendapat adikku lagi, karena dia akan terus menolak. Aku segera mengambil ancang-ancang untuk melepaskan genggamanku saat sudah berada di atas laut.

Dan ya, aku melepaskan genggamanku pada tangan adikku.

“Hiduplah terus, adikku 1000!”

“Aku sayang Kakak!”

Aku ingin menutup mataku, aku tidak ingin melihat adikku jatuh dari ketinggian seperti ini. Tapi aku berusaha sekuat tenaga mengalahkan ketakutanku dan membuka mataku untuk memastikan adikku jatuh dengan selamat di laut. Aku tidak bisa mendengar jatuhnya adikku karena dikalahkan suara angin dan deburan ombak.

Akhirnya aku tetap tahu bahwa rata-rata hanya satu ekor penyu sisik yang dapat bertahan hidup dari seribu telur yang ditetaskan. Tapi aku tetap berusaha menjaga adik-adikku agar jumlah yang mampu bertahan hidup lebih dari itu. Hanya usaha itu yang dapat kulakukan sebagai kakak dalam hidupku yang hanya beberapa jam.

Hal terakhir yang aku lihat adalah betapa putihnya bebatuan karang yang terlihat dari atas sini. Aku tidak mau melihat apa-apa lagi. Aku hanya bahagia dengan hidupku yang hanya sebentar.

hanya gurauan

blog ini; muda berani dan berbahaya,
sebenarnya aku buat untuk mengejek diriku sendiri, menghina diriku sendiri yang bebal, dan menyindir diriku sendiri yang sudah buta mata hati dan pikirannya untuk berubah.

aku muda berani dan berbahaya sebenarnya adalah tua pengecut dan omongkosong.

umurku memang masih dua puluhan awal, terhitung muda kalau rata-rata umur manusia 60 tahun. namun pikiran dan hatiku, sudah seperti tua renta yang memandang pesimis hidupnya seolah-olah besok hari aku akan mati dan tidak perlu melakukan apa-apa lagi. perubahan yang orang-orang sebayaku lakukan hanya aku anggap bagian dari masa laluku, yang dulu aku juga pernah melakukan itu dan pernah pula gagal, sehingga aku tidak melakukannya lagi. permasalahan-permasalahan bangsa ini pun hanya kutonton dan kukomentari, tanpa melakukan apapun untuk merubahnya. aku bisa apa? begitu tumpulnya pikirku.

berani juga hanya omong kosong. di blog ini juga aku saking pengecutnya tidak memberikan nama asli karena takut diminta pertanggung jawaban atas kegilaanku. di kehidupan nyata juga aku pengecut luar biasa. tidak berani meminta maaf, tidak berani menemui orang-orang, selalu lari dari masalah. aku hidup dalam pelarian, dari tanggung jawabku, dari ketakutanku.

berbahaya? apanya? senyumanku? rayuanku? kata-kataku? tatapanku?memangnya aku pelacur? sebenarnya aku ingin berbahaya, bagi diriku sendiri, bagi orang lain juga. bukan bahaya untuk mencelakakan orang lain. tapi berbahaya ketika kata-kata yang keluar dari jari-jari maupun mulutku adalah kata-kata kebenaran. bisa jadi, aku sekarang sedang menulis kebenaran dari diriku sendiri yang membusuk. semoga memang berbahaya sehingga aku bisa kembali ke jalur yang benar,

setidaknya itu yang aku lihat dari diriku sendiri sekarang. seseorang yang tua, pengecut, dan juga omongkosong.

06 Juni 2011

buku yang pembohong

dulu bagiku, menulis adalah tindakan yang paling jujur yang pernah dilakukan umat manusia. tapi ternyata tidak. sejak kepolosanku itu, aku membaca banyak sekali buku dan mempercayai semuanya hingga beberapa bulan yang lalu aku melihat dan merasakan sendiri ketidakjujuran dari buku-buku yang aku yakini kebenarannya.

dulu bagiku, membaca begitu banyak buku dari berbagai sudut pandang, bisa membuatku menentukan sesuatu dengan lebih rasional dan objektif karena mampu melihat dari berbagai sudut pandang. namun sekarang yang aku lakukan, tetap membaca buku berbagai jenis, namun untuk menilai seberapa gombal maupun amatirannya buku itu. baru aku dapat menilai secara keseluruhan.

dan ya, ibuku memang selalu benar, karena meskipun ibuku tidak pernah membaca buku, ibuku sudah berkali-kali memperingatkanku untuk tidak membaca buku, "ngapain kamu buang-buang uang cuma untuk dibohongin?", begitu kata ibuku setiap aku beli buku bukan Al-Qur'an.

sebagian besar buku yang hadir di dunia ini memang sebagian besar membohongi. dan sebagai pembaca yang merasa lebih cerdas pasti memilih buku yang benar-benar mampu mencerdaskan. maka, selektiflah memilih. toh ibuku tidak sepenuhnya benar.

dengan cara yang berbeda

dua hari ini aku melakukan tindakan yang berbeda untuk hal-hal yang selalu sama aku lakukan.
aku mengendarai motor, aku membonceng temanku yang memiliki motor, dan sampai tengah malam mengendarai motor. itu pertama kalinya dalam hidupku aku mengendarai motor sejauh itu di tengah kota.
dan meskipun jalan yang aku ambil sama seperti jalan yang aku tempuh setiap harinya, jalan itu terasa sangat berbeda. perjalananku juga terasa sangat berbeda.

bisa jadi ini juga dapat terjadi dalam hidupku.

aku memandang semuanya membosankan karena aku selalu melakukan hal yang sama dengan cara yang sama dengan terus menerus. karena aku tahu yang aku lakukan itu bermanfaat, aku tidak bisa meninggalkannya, dan merasa suntuk karena itu. tapi dengan pengalamanku mengendarai motor itu, aku bisa mengaplikasikannya untuk hal lain juga. aku belajar dengan cara yang berbeda dari biasa (biasanya dirumah sekarang di tengah-tengah cafe yang buka semalaman). membaca dengan cara yang luar biasa (biasanya jarang membaca buku dan cepat bosan, saat ini maksimal tiga hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah buku), makan dengan cara yang luar biasa (tidak membeli makanan apapun, masak semuanya sendiri, dengan meniru resep dari internet maupun tivi). menggunakan laptop dengan cara yang tidak biasa (dari menggunakannya untuk game dan nonton dorama, menjadi penghasil presentasi, laporan, dan tulisan luar biasa).

selamat datang duniaku yang menantang!

anti-kemapanan

yang aku lakukan hanyalah naik sepeda selagi bisa, tidak mengeluarkan uang lebih untuk membeli bensin, juga untuk mencicil motor. yang aku lakukan juga menghabiskan waktu di bagian toko buku dalam mall daripada centro atau mataharinya. yang aku lakukan juga menggunakan kendaraan-kendaraan umum sehingga tiketnya bisa aku koleksi daripada berpikir membeli motor atau mobil. yang aku lakukan juga masih menggunakan sepatuku meskipun sudah sedikit robek daripada membeli yang baru dan menyesuaikan diri dengan sepatu yang baru. yang aku lakukan juga datang ke perpustakaan, meminjam buku-buku nya, dan memfotokopinya daripada beli buku baru karena aku tidak punya banyak uang untuk itu. yang aku lakukan juga menghabiskan 30% dari uang bulananku untuk membeli buku daripada membeli gadget.

karena itu teman-temanku menganggapku anti-kemapanan.
aku tidak sadar, karena yang aku lakukan hanyalah menahan diriku untuk membeli barang baru atau apapun yang aku inginkan, keinginan itu aku tahan sampai seminimal mungkin, sampai aku tahu apakah diriku benar-benar membutuhkannya.
dan aku, sekuat apapun aku berusaha, aku tidak bisa melakukan kebalikannya. aku tidak bisa membuat diriku menikmati kemapanan, meskipun aku ingin, bukan karena aku tidak mampu.

doa bersama malam ini

selama ini kita udah melakukan yang terbaik,
selanjutnya bukan urusan kita lagi, itu urusan Allah, kita tinggal minta mana yang terbaik bagi kita.
sesungguhnya yang terbaik di mata manusia tidak selalu merupakan yang terbaik di mata Allah.

04 Juni 2011

hidup yang hilang sebagian

Sehabis membaca sebuah buku, aku selalu merasa kehilangan sesuatu.
Tahu kenapa? Sebuah buku merupakan sebuah dunia sendiri bagiku, yang terkadang sangat jauh berbeda dengan duniaku sebenarnya. Ketika selesai membacanya, aku tidak melakukan kontak lagi dengan dunia itu. Aku merasa sangat kehilangan.

Sebuah buku tentang struktur dan cara kerja mafia di Amerika dan Sisilia membantuku memahami dunia itu dan merasa menjadi bagian dari pembunuhan, penculikan, dan strategi kemenangan. Namun setelah selesai membacanya, aku merasa di hidupku tidak ada kejadian-kejadian menegangkan seperti itu dan membuatku sedikit merasa bosan dengan hidupku sekarang.

Sebuah buku tentang perjuangan anak-anak Palestina mempertahankan agama, negara, dan kebebasan mereka membantuku memahami dunia yang begitu keras di satu sisi namun polos di sisi yang lain. Setelah selesai membacanya, aku merasa diriku tidak seberani dan sekuat anak-anak itu, hal ini membuatku depresi karena tidak tahu apa yang bisa aku lakukan, juga tidak tahu kemana kemarahan ini aku salurkan.

Sebuah buku tentang perjalanan kepahlawanan seorang manusia Indonesia pada zaman Majapahit yang menjelaskan kecerdasannya, visinya yang jauh kedepan, negara dan bangsa yang kuat di kala itu membantuku mempelajari bagaimana kepemimpinan seseorang pahlawan dapat menyelamatkan negara yang bagaimanapun rusaknya. Ketika aku sudah selesai membacanya, bukannya aku mengaplikasikan kepemimpinan pahlawan itu pada zaman sekarang, namun aku merasa putus asa dengan keadaan bangsa dan negaraku, apalagi terhadap pemimpin-pemimpinnya.

Sebuah buku tentang perjalanan seseorang melintasi gurun yang tandus, penuh misteri, dan tidak terduga membuatku paham mengenai esensi pencarian makna dari sebuah perjalanan. Namun ketika aku sudah selesai membaca bukunya, aku kehilangan gurun-gurunku, kehilangan pasir dan oasenya, kehilangan kuda dan onta yang berbicara.

Aku memang mendapatkan banyak hal dari buku-buku yang kubaca. Makna dan pengetahuan misalnya. Namun di sisi lain aku pun kehilangan dunia yang ditawarkannya pada hidupku. Kehidupan yang sangat berbeda dengan hidupku sekarang.

hijrah

Saya kenal dunia membaca dan menulis sejak delapan tahun lalu saat saya masih belajar di SMP. Dulu saat saya bahkan pernah bermimpi masuk untuk menjadi penulis. Minimnya jenis buku bacaan di kota masa kecil saya membuat pikiran saya hanya penuh oleh bacaan-bacaan Islami yang didominasi tulisan penulis-penulis muslim. Kekurangan bacaan juga mendorong saya untuk membuat bacaan-bacaan sendiri yang juga bertemakan Islam. Keadaan ini membuat saya militan terhadap pergerakan Islam, terutama permasalahan Palestina. Meskipun sikap militan itu hanya saya ungkapkan di forum-forum Rohani Islam di sekolah saya.

Namun semenjak saya pindah ke kota yang lebih besar, akses pada buku menjadi lebih banyak. Bahkan terlalu banyak buku di sekeliling saya. Hal ini membuat saya tidak lagi konsen pada Islam, juga pada Palestina yang merupakan topik favorit saya. Tidak konsennya saya pada ruhani saya sendiri inilah yang membuat dunia saya sekarang menjadi hampa. Bacaan-bacaan saya tidak fokus dan tulisan-tulisan saya lebih banyak menggugat daripada memberi solusi. Saya tidak tahu apa tujuan besar saya ketika membaca maupun menulis. Saya tidak lagi militan. Sampai sekarang.

Kehampaan akan makna itu membuat saya sampai disini. Saya bosan dengan kehampaan yang saya jangkiti dan pada akhirnya saya memutuskan. Bahwa saya rindu dengan Tuhan saya. Bahwa saya rindu dengan diri saya yang militan berjuang di jalan Islam. Bahwa dakwah, yang saya tidak tahu pasti apa artinya, mulai saya pikirkan kembali. Bahwa saya sudah menghabiskan empat tahun waktu saya dengan sia-sia karena saya tidak mewujudkan mimpi saya untuk menjadi penulis sejak awal berada di Yogyakarta. Bahwa saya sekarang memutuskan untuk berhijrah.

Saya hanya bisa menulis, entah itu dakwah atau bukan, saya masih mencari artinya. Namun saya akan berjuang dengan tangan saya dengan menulis untuk terus memperbaiki diri saya sendiri juga untuk memperbaiki dunia. Saya tidak ingin kebodohan saya dengan hidup tanpa makna terjadi juga pada orang lain.

Bagi saya, menulis adalah sebuah pertarungan. Pertarungan melawan kebodohan dan keangkuhan diri saya sendiri. Dan disaat yang sama saya juga bertarung menyelamatkan dunia, terutama Palestina yang saya cintai dengan menulis, karena hanya itu yang saya bisa.

02 Juni 2011

berdosa

selama ini aku menggunakan handphoneku sebagian besar untuk berbuat dosa, kali ini meskipun kecil, aku akan menggunakannya untuk melakukan kebaikan; mengingatkan teman-temanku untuk mengeluarkan zakat.

selama ini aku menggunakan laptopku sebagian besar untuk berbuat dosa, menonton film yang sia-sia, memanfaatkan internet dengan buruk, download banyak hal yang buruk dan tidak mencerdaskan, kali ini aku akan menggunakannya untuk melakukan kebaikan; menulis yang baik, mencari ilmu yang baik, dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang baik.

selama ini juga aku menggunakan tanganku untuk menulis tulisan yang buruk, tidak mengajak kepada kebaikan, dan malahan menggunakannya untuk menulis kata-kata buruk pada teman-temanku, kali ini aku menggunakannya untuk kebaikan; menyapa dengan sayang semua teman-temanku, bertanya dan menjawab dengan sebaik-baiknya.

selama ini pula aku menggunakan mataku untuk melihat hal yang sia-sia bahkan hal yang merusak pikiran maupun akhlakku, mataku yang selalu melawan semua mata yang memandangnya, kali ini aku akan menggunakannya untuk kebaikan; membaca buku-buku baik, melihat semesta sebagai renungan kekuasaan Tuhanku, dan menjadikannya mata yang memberikan keteduhan kepada teman-temanku.

selama ini aku menggunakan kakiku untuk melangkah kemana saja, ke tempat-tempat yang baik namun tidak ikhlas, ke tempat-tempat sia-sia malah dengan senang hati, kali ini aku akan menggunakannya untuk kebaikan; menghadiri kajian-kajian di mesjid, berkumpul dengan teman-teman yang memberi ilmu yang baik, dan silaturrahmi dengan teman-teman lamaku.

selama ini aku menggunakan telingaku untuk mendengar desahan nyanyian wanita-wanita di televisi, keluhan dan omelan ibuku, musik-musik yang bahkan meskipun aku tahu artinya buruk masih saja aku dengarkan, kini aku akan menggunakannya untuk kebaikan; mendengarkan al-quran sampai hafal karena terbiasa, mendengarkan kicau burung dan kokok ayam untuk mensyukuri pagi, mendengarkan doa-doa ibuku tentangku dan berusaha mewujudkannya, dan mendengarkan suara pesawat terbang yang memberiku mimpi dan kekuatan untuk menjelajahi semesta.

selama ini aku menggunakan mulutku untuk mengeluarkan kata-kata menyakitkan hati orang lain, membicarakan orang lain tidak dihadapannya, dan keluhan-keluhan yang sia-sia, kini aku akan membuka mulutku untuk mengatakan hal-hal yang aku tahu pasti kebenarannya, berdiskusi yang bermanfaat, dan menyemangati orang lain dengan tulus.

selama ini kulitku tersentuh kulit lain yang membuatnya ternoda dan berdosa, tidak mensyukuri keberadaannya dan tidak merawat kulitku sebagaimana mestinya, kini aku akan menyentuhkannya dengan air wudhu yang sejuk, sering mandi untuk membersihkannya, dan tidak membuatnya bersentuhan dengan kulit lain kecuali memang belaian, sentuhan, dan pelukanlah yang bisa menyelamatkan pemilik kulit lain.

selama ini aku menggunakan pikiranku untuk hal-hal yang kotor, membuatnya berpikir tindakan buruk apa yang bisa aku lakukan, semua itu membuatnya tumpul dan jahat sehingga tidak sejalan dengan hatiku, kini aku akan menggunakannya untuk merenungi hakikat hidup, hakikat Penciptaku, alasan untuk apa aku dilahirkan di dunia dan melaksanakan tugas hidupku.

selama ini hatiku tidak memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain, arogan dengan keangkuhannya, merasa diri paling benar sedunia, dan menjauhi Penciptaku, kini aku akan menggunakannya untuk peka terhadap perasaan-perasaan orang lain, memaafkan dengan sepenuh hati, dan mencintai Tuhanku.

hanya itu yang aku punya dari hidupku, dan ternyata aku menggunakan hal sedikit itu yang aku miliki untuk hal-hal yang sebagian besar malah untuk merusak diriku sendiri. aku memang berdosa, Tuhanku, dan kali ini aku ingin memperbaiku diriku.

01 Juni 2011

semarang-jogja

aku bolak balik tiap hari antara semarang dan jogja membuat teman-temanku merasa jarak kedua kota itu seperti antara kampus dan kos-kosanku.