16 Juli 2012

Book of Questions - Buku Catatan Baruku





Aku terbiasa menulis dalam sebuah buku catatan.
Kalau sedang terlalu banyak pikiran, aku terbiasa menulis.
Atau kalau sedang tidak ada yang kupikirkan atau kukerjakan, aku juga menulis.

Dan aku kemana-mana hampir selalu membawa buku catatan meski tidak selalu bisa menuliskan di sana. Ketika suatu kali aku tidak membawa buku catatan, aku pasti segera ke warung terdekat, untuk membeli buku tulis seharga seribu dua ribu rupiah. Jenis buku tulis yang kupakai untuk menulis bisa apa saja. Tidak ada batasan. Sehingga setumpuk buku catatan yang kupunya memang bentuknya beragam. Dari buku tulis tipis untuk sekolah, binder untuk kuliah, buku dengan jilid spiral, buku agenda, sampai buku saku. Ada buku-buku tulis yang sudah penuh. Ada buku-buku yang tidak selesai sampai penuh tapi sudah tidak kuisi lagi. Macam-macam.

Namun sebagian besar bentuk tulisan dalam buku-buku itu berupa artikel singkat. Sebuah tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf dalam satu tema kemudian selesai. Sehingga pantas bila langsung masuk blog. Dan beberapa tulisan yang ada di blog ini sebelumnya aku tuliskan dulu dengan tangan di buku catatanku itu.

Tapi bentuk tulisan seperti itu sekarang sudah tidak nyaman lagi kulakukan. Ada cara menulis catatan harian yang mungkin tidak biasa bagi orang lain, tapi sangat nyaman kulakukan. Yaitu membuat daftar pertanyaan.

Seiring perjalanan, aku akhirnya menemukan bahwa aku berpikir dengan cara mempertanyakan. Aku memiliki terlalu banyak pertanyaan di dalam kepalaku. Yang kadang kala beban pertanyaan-pertanyaan itu tidak sanggup kutanggung sendiri. Pertanyaan-pertanyaan itu ada yang memacuku untuk menulis tulisan singkat, ada pula yang menjadi inspirasi menulis cerpen, atau buku, atau yang lain. Kusadari bahwa ternyata semua tulisan-tulisanku bermula dari pertanyaan. Tapi aku punya banyak sekali pertanyaan, yang tidak semuanya bisa segera didapatkan jawabannya. Ada banyak pertanyaan yang tidak aku lanjutkan menjadi tulisan atau cerpen. Maka semakin lama semakin bertumpuk menekan kepalaku. Semakin lama semakin mendesak air mataku. Akhirnya aku memutuskan untuk menuliskan semua pertanyaanku setiap hari.

Maka lahirlah buku ini. Book of Questions. Because Life is Full of Questions.

Sudah satu bulan aku menulis pertanyaan-pertanyaanku di buku ini. Ada kalanya ketika tidak ada pertanyaan dalam sehari. Ada kalanya aku tidak sempat menuliskan pertanyaan. Hingga ada kalanya aku menuliskan delapan puluh pertanyaan dalam sehari. Pertanyaan apa saja. Ada pertanyaan yang biasa ditanyakan orang. Ada pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan orang lain. Ada juga pertanyaan yang kata orang tidak perlu dipertanyakan lagi. Lantas kenapa? Apakah aku harus peduli?

Aku suka sekali kata-kata Goerge Orwell dalam bukunya Nineteen-Eighty-Four, "Sesungguhnya satu-satunya kebebasan yang dimiliki manusia hanyalah terdapat di sekian sentimeter kubik dalam kepalanya," terjemahan bebasku.

Aku mempertanyakan banyak sekali hal di dalam sekian sentimeter kubik dalam kepalaku itu. Dan buku tulis ini adalah keluarannya yang paling mentah, dan bagiku justru paling murni. Berbentuk pertanyaan-pertanyaan begitu. Karena aku tidak menyaringnya terlebih dulu. Sebenarnya tidak ada yang rahasia kalau ada yang membaca buku ini sekarang. Hanya saja aku takut menyakiti orang lain dengan pertanyaan-pertanyaanku. Maka aku melarangnya selagi buku ini masih kutulis. Karena kalau aku tahu buku itu dibaca, ini akan membuatku terpenjara dalam mempertanyakan lagi. Membuatku berpikir ulang kalau akan mempertanyakan sesuatu agar tidak menyakiti orang lain. Begitu sebenarnya.

Efek menulis buku pertanyaan ini sangat besar bagi pikiranku sendiri. Aku yang beberapa bulan sebelumnya sering menangis setiap malam karena terhimpit pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Kini sedikit lega karena setidaknya sudah mengeluarkan pertanyaan itu dan siap untuk mempertanyakan hal baru lagi.

Buku pertanyaan ini sudah kutulis selama sebulan terakhir, dan aku sudah mengumpulkan 319 pertanyaan dalam sebulan itu. Aku memakai buku baru ketika itu, tapi baru sebulan saja, jilidannya sudah hampir lepas. Mungkin saja ia tidak tahan lalu hancur oleh gempuran pertanyaanku yang bertubi-tubi itu. Aku paham sekali, toh aku sendiri pun terkadang tidak tahan oleh sekian sentimeter dalam kepalaku yang mendesak-desak keluar itu.

Kalau suatu saat buku ini aku publikasikan, aku mau covernya nanti bergambar kepala yang transparan dan memperlihatkan sebuah kotak sekian sentimeter di dalamnya. Tapi itu pun masih nanti, mungkin ketika aku sudah melupakan pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Dan tugasku sekarang adalah untuk terus menuliskan pertanyaan-pertanyaan ke dalam buku catatan baruku itu. Karena kata Socrates yang kubaca belakangan, "Hidup yang tidak dipertanyakan adalah hidup yang tidak pantas untuk diteruskan." Meskipun bagiku kata-kata Socrates itu masih perlu dipertanyakan.

Baiklah, biarkan aku mempertanyakan sendiri dalam buku catatanku.
Dan kamu, pertanyakanlah sendiri pertanyaanmu. Maka tulislah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan