10 Juli 2012

Alasanku Menulis Surat dan Mengirimkannya Melalui Pos

Seru ya mengirim beberapa helai surat dan kartu pos dari Kantor Pos Besar Malang. Semoga bisa selalu mengirim dari kota-kota yang disinggahi kedepannya.

Banyak yang mempertanyakan, kenapa hari gini, aku masih menulis surat tulis tangan dan kartu pos lalu mengirimkannya dengan perangko.

Maka sekarang akan kujelaskan alasanku.

Surat yang dikirim melalui pos adalah sebuah mesin waktu. Banyak hal yang terjadi antara surat ditulis hingga dibaca. Ia adalah suara dari masa lalu.

Menulis surat tulis tangan adalah perlawanan sederhana pada gaya hidup instan. Semua hal butuh proses. Dan terkadang proseslah yang paling penting.

Dengan surat tulis tangan, aku tahu penulisnya introvert atau ekstrovert, hubungannya dengan orangtuanya, bohong tidaknya, dan sikapnya terhadap masa lalu maupun masa depan.

Menulis surat tulis tangan itu personal dan spesial, tidak bisa di-copypaste dan dikirim pada banyak orang sekaligus. Hanya kepada satu orang.

Menulis surat tulis tangan adalah latihan membulatkan tekad. Tidak bisa setengah-setengah. Harus fokus.

Dengan mengirim melalui pos aku bisa punya banyak kenalan baru, dari Mas Pos yang mengantarkan surat ke rumah, hingga Mbak Pos cantik di balik meja.

Dari korespondensi aku pun bisa membuat museum kecil berisi perangko, kartu pos, dan cap pos dari kota-kota yang bahkan belum pernah dijejaki kakiku.

Bahkan sekian milimeter persegi dari selembar perangko yang direkatkan dengan bibir, punya ceritanya sendiri.

Dan dengan masih berkorespondensi, aku memperlambat punahnya dunia yang sudah berlangsung berabad-abad itu. Dunia itu bernama pos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan