30 Mei 2012

Istilah Jatuh dan Patah Hati

Tulisan ini berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan. Aku hanya sekedar bergumam mengenai apa yang sedang kupikirkan, belakangan tentang istilah jatuh hati dan patah hati. Karena menurutku istilah itu aneh sekali.

Kenapa mulai mencintai seseorang disebut 'jatuh hati'? Baiklah, mencintai memang urusan hati dan aku paham kenapa hati ada di sana. Tapi bagian yang tidak kumengerti adalah kenapa 'jatuh'? Kenapa tidak 'terbang' yang padahal rasanya seperti sedang terbang ke langit ketujuh ketika sedang mencintai seseorang?

Kenapa pula jatuh? Padahal yang setelah jatuh pasti rasanya sakit? Apakah sakit adalah sebuah kepastian untuk kata kerja mencintai dalam jatuh hati? Apakah karena ketika jatuh, meskipun sakit, seseorang bisa tetap bangun dan bangkit lagi untuk mencoba kesekian kali untuk mencintai lagi? Bahasa Inggris untuk memutuskan mencintai seseorang juga 'falling in love', jatuh juga artinya. Ada apa ini? Apakah semua orang di dunia sepakat bahwa mencintai adalah kata kerja yang mengakibatkan kata sifat sakit karena terjatuh itu?

Kurasakan hal yang sama dari kata patah hati.

Kenapa ketika seseorang yang kita cintai tidak membalas dengan cinta yang sama pada kita, kata yang dipakai adalah 'patah hati'? Lagi-lagi kata 'hati' memang ada di sana karena ini memang menyangkut urusan hati. Namun kenapa bukan menggunakan kata 'remuk' atau 'pecah'? Padahal rasa kehancuran itu memang seperti hati pecah berkeping-keping, yang seolah tidak akan bisa dikumpulkan untuk diutuhkan kembali.

Kenapa pula patah? Apakah patah itu untuk sesuatu yang terbagi dua dan karena urusan hati ini memang menyangkut dua orang maka kata itulah yang paling cocok? Apakah karena ketika sesuatu patah menjadi dua, ia tetap dapat diperbaiki untuk disatukan, setidaknya menggunakan lem yang paling kuat? Namun tetap saja sesuatu yang patah akan menimbulkan bekas yang jelas dan tetap tidak akan kembali utuh seperti awalnya, dan apakah cinta seperti itu? Berbeda dengan 'remuk' atau 'pecah' yang tidak bisa diapa-apakan dan tinggal dibuang saja. Bahasa Inggris untuk perasaan campur aduk ketika cinta tidak terbalas adalah 'broken heart', hati yang rusak atau hancur. Tapi dalam Bahasa Inggris, benda yang 'broken' tetap dapat direparasi 'repair', yang beberapa tetap dapat bekerja sesuai kapasitasnya seolah-olah tidak pernah 'broken' sebelumnya. Dan benda 'broken' yang lain selebihnya malah tetap tidak akan bisa dipergunakan lagi meski sudah direparasi.

Apakah perbedaan ini mengungkap perbedaan cara pandang Budaya Timur dan Barat mengenai cinta? Budaya Timur, terutama di Indonesia, mampu menerima kembali cinta yang patah itu meski luka bekas patahan masih tersisa, bahkan untuk selamanya. Sedangkan Budaya Barat, entah negara mana, sebagian mampu menerima kembali cintanya yang sudah rusak dengan utuh tanpa merasa pernah rusak sebelumnya, atau malah sekalian saja dibuang cinta itu tidak pernah diingat lagi dan mulai saja cinta yang baru. Begitukah?

Pertanyaan-pertanyaanku tidak butuh dijawab. Terkadang ia bahkan sudah menjawab sendiri pertanyaannya.

Entahlah. Tapi dari pertanyaan-pertanyaanku di atas, aku belajar bahwa istilah ‘jatuh hati’ dan ‘patah hati’ tidak merujuk pada apa yang dirasakan manusia ketika mengalami itu. Ia merujuk kepada konsekuensi di masa depan ketika manusia mengalaminya. Untuk mengingatkan manusia bahwa setiap tindakan, ada konsekuensi yang harus dihadapinya di depan sana. Dan manusia sebaiknya bersiap akan apa yang akan ada di depannya.

2 komentar:

  1. keren renungannya, keren tulisannya..sukaa:)
    jarang2 ada orang yg sampe mikirin dan bikin tulisan tentang 2 istilah itu:) salut:)

    dan dengan demikian sayah sepakat dengan penciptaan istilah baru 'terbang hati' dan 'pecah hati' atau 'remuk hati' :)

    BalasHapus
  2. kalo sama orangnya suka gak mas? #eh

    BalasHapus

tulis saja apa yang kau pikirkan