07 Mei 2012

Sebuah Resensi Buku


Hai Petter,
Aku membaca tentang dirimu dalam buku The Ringmaster's Daughter: Jostein Gaarder. Itu buku tulisanmu sendiri, kan? Tulisan yang sangat panjang tentang dirimu dan hidupmu sendiri.

Meskipun sejak awal hingga akhir buku itu, kau tidak ingin sama sekali -katamu tidak akan- menjadi penulis, tapi apakah kau sadar Petter, kalau akhirnya kau pun menjadi seorang penulis. Kau menulis tentang hidupmu dan dirimu sendiri. Kau secara tidak sadar telah menjadi penulis dan berhasil membuat tulisan sepanjang 394 halaman.

Bagaimana rasanya menjadi seorang penulis? Bagaimana rasanya menulis sebuah cerita penuh? Bagaimana rasanya berhasil mengendalikan imajinasi liarmu yang lain selama kamu menulis?
Dan terutama, bagaimana rasanya menjilat ludahmu sendiri? Pahitkah?

Petter,
Karaktermu yang kubaca dalam The Ringmaster's Daughter sangatlah luar biasa. Aku saja hampir jatuh cinta padamu. Lelaki arogan memang sangat menantang bagiku. Tetapi lelaki yang terlalu arogan, yang merasa dirinya mampu mengendalikan siapapun, sangatlah menyebalkan. Dan kau termasuk tipe lelaki yang kedua.

Jadi aku memutuskan untuk sekedar kagum pada karaktermu yang kuanggap luar biasa itu. Beberapa dari diriimu yang baik akan kucontoh dan diaplikasikan pada diriku sendiri. Seperti membaca ensiklopedi, menghapal isinya, kemudian melakukan perjalanan mental kemana saja. Aku juga akan menulis sekecil apapun imajinasi yang aku punya. Meskipun sementara hanya kukumpulkan dalam folder-folder. Seperti yang kau lakukan. Siapa tahu suatu saat aku akan berhasil menuliskannya.

Di antara semuanya, ada yang tidak kusuka darimu, Petter. Kebebasan yang kau punya itu membuatmu tidak bertanggungjawab atas apa yang kau lakukan. Kau menginginkan membuat seorang anak manusia, namun tidak mau menjadi ayahnya. Apa kau manusia? Bayi itu makhluk hidup juga! Well, kupikir-pikir lagi, memang banyak orang yang melakukan hal yang sama sepertimu di jaman ini. Mereka melakukan perbuatan pembuatan anak manusia namun tidak ingin menjadi orang tua dari anak-anak itu. Apa mereka dan kau, Petter, bukan manusia lagi? Kenapa kalian bisa melakukan itu?

Dan perbuatanmu itu mendapatkan balasan. Gadis Sirkus dalam ceritamu tentang The Ringmaster's Daughter menjelma menjadi anakmu sendiri. Lagi-lagi kau merasakan pahitnya menjilat ludah sendiri yang sudah kau buang dulu kan?

Petter,
Tidakkah kau merasa ketakutan? Kau memiliki begitu banyak imajinasi yang bisa menghantuimu balik. Bahkan di saat kau sedang sendirian. Kau bilang kau suka sendirian. Tapi Petter, kau tidak pernah sendirian. Si Lelaki Semeter selalu ada di mana pun kau berada. Kau tidak pernah sendirian Petter, kau selalu dimata-matai oleh imajinasimu sendiri. Mengerikan bukan?

Kalau kau tanya balik padaku, aku jauh lebih takut padamu, Petter. Aku takut pada manusia yang bisa mengendalikan manusia lainnya dan berhasil melakukan hal itu. Aku tidak mau kau mengendalikan tindakanku, apalagi pikiranku. Aku tahu Petter, aku memang perempuan yang sangat mudah ditebak, tidak punya banyak rahasia, dan terkadang malah membosankan. Tapi setidaknya aku tidak berminat menjadi Tuhan.

Kau juga terlalu benar, Petter, Semua kata-katamu hampir benar. Itu yang membuatku takut. Manusia tidak diciptakan untuk tahu segala hal.

Petter,
Kisah hidupmu yang kau tuliskan di buku The Ringmaster's Daughter: Jostein Gaarder ini memang tidak semenarik buku-buku Gaarder yang sudah pernah kubaca sebelumnya. Tapi yang membuat buku ini istimewa adalah kau, Petter, karakter dirimu sendiri yang bagiku luar biasa.

Ini bukan surat cinta, jangan salah paham. Karena aku menolak jatuh cinta pada lelaki sepertimu.

Sampai jumpa,
Petter,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan