13 Januari 2013

(Palestina #3) Karena Kita Bangsa Indonesia.

Warga Indonesia yang baik pasti peduli dengan permasalahan Palestina, sebagaimana dulu para pendiri negeri ini (founding fathers Indonesia) menjadikan Palestina sebagai bagian dari perjuangan Indonesia. Alasan-alasan kenapa kita sebagai warga negara Indonesia harus peduli dengan permasalahan Palestina sangatlah mendasar. Alasan-alasan ini berkaitan dengan dasar negara, landasan idealisme, landasan konstitusional, serta kondisi strategis bangsa Indonesia. Mengabaikan alasan-alasan ini berarti tidak utuh menjadi warga negara Indonesia.

Karena Indonesia anti-penjajahan
Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. – Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Inilah sikap dan komitmen bangsa Indonesia untuk menentang segala bentuk penjajahan yang merupakan pelanggaran terhadap kemanusiaan dan keadilan. Indonesia adalah negara yang sudah kenyang dengan penjajahan. Pada masa penjajahan, kekayaan alam Indonesia dirampas, rakyatnya ditindas, dan tanahnya diduduki. Tentu berita mengenai tidak adilnya penjajahan sudah sering terdengar. Latar belakang inilah yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang paling keras menentang penjajahan. Apalagi penjajahan yang dilakukan Israel pada Palestina sudah sedemikian parah: penjajahan kuno dan modern sekaligus, istilahnya: kolonialisme dan imperialisme jadi satu. Kesemuanya itu menjadi alasan kuat bagi seorang warga negara Indonesia untuk peduli pada permasalahan Palestina.

Untuk mewujudkan perdamaian dunia

Salah satu dari empat tujuan berdirinya negara ini adalah untuk mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini kemudian yang ditafsirkan dalam kebijakan luar negeri Indonesia yang ‘bebas-aktif’. Prinsip ‘bebas’ berarti bahwa kebijakan luar negeri Indonesia seharusnya independen, tidak bisa didikte oleh kekuatan asing. Indonesia memiliki sikap sendiri. Sedangkan ‘aktif’ seharusnya berarti berperan aktif dan berinisiatif mewujudkan perdamaian dunia. Tentu saja perdamaian ini didasarkan pada persamaan, keadilan, dan perdamaian abadi.

Demi perdamaian dunia itulah, Indonesia dan kita sebagai warganya, harus menegaskan sikap: melawan Israel dan segala bentuk ancaman terhadap perdamaian dunia.

Indonesia sangat terpengaruh kondisi Palestina

Carut marut Indonesia ternyata sangat erat kaitannya dengan masih eksisnya zionisme Israel dan penjajahan atas Palestina. Eksistensi zionis Israel ditopang oleh sebuah sistem Internasional, yang juga mencengkram Indonesia. Sebaliknya, eksistensi sistem internasional yang kejam itu hanya bisa eksis dengan adanya eksistensi penjajah Israel.

Eksistensi Israel yang merupakan manivestasi vulgar dari penguasaan zionisme yang imperialis (Imperialis adalah bentuk tertinggi dari kapitalisme, kata Lenin) saling tergantung dan bergantung dengan kapitalis global semacam IMF dan World Bank. Semuanya saling terkait. Itu berarti, kalau kita tidak peduli dengan permasalahan Palestina dan menganggapnya hanya sekedar masalah perebutan tanah saja, Indonesia jelas tidak akan pernah bisa keluar dari krisis.

Indonesia berhutang budi pada Palestina

Pada 6 September 1945, Mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (saat itu ia berada di Jerman) mengirimkan ucapan selamat atas ‘pengakuan Jepang’ pada kemerdekaan Indonesia yang disiarkan di Radio Berlin yang berbahasa Arab. Ucapan selamat ini berpengaruh besar di dunia Arab saat itu. Kedutaan Besar Belanda di Mesir segera membantah kemerdekaan Indonesia di media Le Journal d’Egypte. Selain itu di Palestina sendiri, M. Ali Taher mengambil semua uangnya di bank dan menginfakkannya membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia, ada juga Sami Taha yang mengutuk Belanda.

Jadi bukankah sekarang waktu yang tepat untuk membalas budi rakyat Palestina kepada kita?

Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia

Tiap-tiap muslim adalah pejuang kemanusiaan dan keadilan. Sebagai negara yang seharusnya tingkat kemanusiaan dan keadilannya paling tinggi di dunia, tentulah akan menentang ketidakadilan meski itu terjadi jauh dari lokasi geografis Indonesia.

Nah, apa masih ada alasan untuk tidak peduli pada Palestina?

Bibliografi:
Tulisan ini merupakan ringkasan dari Bagian Kedua Bab Pertama buku Palestine Emang Gue Pikirin – Shofwan Al-Banna, 2006, Yogyakarta: Pro-U Media.

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan