13 Januari 2013

Merubah Cara Pandang Life Planning

Dulu aku ahli sekali membuat life planning. Lengkap, detail, menyeluruh di setiap segi kehidupan. Dari target spiritual, target pendidikan, target keluarga, target kepenulisan, hingga target jalan-jalan. Namun sekarang aku sudah muak dengan semua itu. Bukan karena menganggap itu tidak lagi bermanfaat. Namun aku terlalu angkuh untuk melihat targetku kembali setelah waktunya habis dan melihat bahwa begitu banyak target yang tidak kuselesaikan. Aku terlalu angkuh mengakui kekalahanku.

Aku masih percaya bahwa menuliskan keinginan, harapan, dan mimpi pada sehelai kertas sangatlah penting. Seolah-olah sudah menyelesaikan separuh jalan. Dan luar biasanya, ketika salah satu keinginan menjadi kenyataan, padahal saat dituliskan aku tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Tapi tetap, bagiku menuliskan target-target lima hingga lima puluh tahun ke depan terlalu mengada-ada. Tidak terlalu efektif bagi orang sepertiku. Yang ada malah aku menuliskan dengan semangat pada awalnya, dan tidak pernah kubuka lagi hingga dua tahun ke depan.

Maka aku menuliskan target hidupku dengan cara sebaliknya. Menulis apa saja yang akan aku lakukan kalau aku mati sekian hari lagi, atau sekian bulan lagi, atau sekian tahun lagi. Cara yang bisa jadi terlihat sangat pesimis. Tapi bukankah itu intinya life planning? Tentang apa yang aku bisa lakukan selagi aku hidup bukan?

Maka begitulah. Dengan cara berpikir seperti itu, aku akan menyelesaikan apa-apa yang belum selesai dalam hidupku. Meminta maaf pada orang-orang yang sudah lama kusakiti. Bertemu dengan orang-orang yang sudah lama kuhindari. Melakukan hal-hal mendesak yang selama ini kutunda karena berpikir masih ada banyak waktu. Dengan berpikir tidak waktu lagi untuk hidup, itu sangat efektif untuk membuat seorang angkuh seperti diriku mendapatkan pelajaran.

Dengan berpikir sebaliknya, akan ada banyak hal yang kuselesaikan dengan segera. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan