02 Januari 2013

Memutus Rantai Diskriminasi

“… Kata ‘diskriminasi’ merujuk pada semua pembedaan, pemisahan, pembatasan, atau pemilih-kasihan yang berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, perbedaan politik atau pendapat, kebangsaan atau asal sosial, kondisi ekonomi atau kelahiran, yang memiliki tujuan atau efek yang membuat ketidaksamaan pelayanan..” Pasal 1, Konvensi Anti Diskriminasi dalam Pendidikan

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan membuat kamu berbangsa dan bersuku-suku agar kamu mengenal satu sama lain,” Surat Al-Hujurat (49:13)

Diskriminasi sebagai teori sudah jamak diketahui publik. Bahwa tiap manusia berhak mendapatkan kesempatan berkehidupan sama seperti orang lain tanpa memandang sifat-sifat bawaan yang dimilikinya. Pelajaran mengenai pluralisme dan diskriminasi sendiri bahkan sudah diajarkan sejak pendidikan dasar di seluruh dunia. Semua orang sepakat bahwa tidak ada seorang manusia pun yang ingin dibatasi haknya sebagai manusia. Tiap orang ingin memiliki hak untuk hidup tidak dalam ketakutan dan tekanan, hak untuk belajar dalam sistem pendidikan, hak untuk bekerja demi meningkatkan kualitas hidup, hak untuk memilih mana yang dianggapnya paling baik, dan hak untuk mengutarakan pendapat dengan bertanggungjawab.

Tapi apa kenyataannya? Sampai sekarang diskriminasi masih menjadi permasalahan utama umat manusia. Peperangan atas nama perbedaan keyakinan masih terus berkobar di berbagai pojok bumi, perbudakan masih terus terjadi hanya karena perbedaan warna kulit, kesenjangan pelayanan kesehatan dan pendidikan antar kelas sosial pun bagai langit dan bumi, bahkan orang-orang berkebutuhan khusus dengan kemampuan fisik terbatas barangkali tidak pernah dianggap keberadaannya. Di Zaman ini, hampir tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengalami diskriminasi dalam hidupnya.

Tindakan penghapusan diskriminasi di dunia sudah dimulai sejak Rasulullah datang dengan ajaran Islamnya. Al Quran menyatakan bahwa Arab tidak lebih unggul daripada non-Arab, dan putih tidak lebih unggul daripada hitam. Islam menekankan kesetaraan dan menerapkannya di masyarakat sejak 1400 tahun lalu. Pemberantasan rasisme adalah salah satu prestasi moral Islam yang luar biasa. Begitu juga yang dilakukan Martin Luther King, Jr. Ia adalah pemimpin pendeta Amerika sekaligus aktivis dalam Gerakan Hak Sipil Afro-Amerika. Ia terkenal karena perannya dalam memajukan hak-hak sipil tanpa menggunakan kekerasan. Ada juga Malcolm X yang menyebarkan visi antirasisme dan nilai-nilai Islam yang humanis, menggugah kalangan Afro-Amerika dan dunia. Banyak yang menaruh simpati padanya. Di Afrika Selatan juga ada Nelson Mandela yang menghapus diskriminasi Apartheid. Ia merekonsiliasi korban diskriminasi tanpa membangun diskriminasi baru terhadap pelaku. Ia terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan periode 1994-1999, pemilu demokratis pertama Afrika Selatan.

Namun semua hal itu tidak pernah membuat umat manusia sadar. Diskriminasi terus saja terjadi. Seolah-olah sikap mendiskriminasikan orang lain lahir serempak dengan hak asasi manusia itu sendiri. Bahkan banyak orang tidak sadar melakukan diskriminasi pada orang lain. Misalnya saja, tanpa sadar berlaku kasar pada pengemis dan sopan padapejabat. Misalnya, menganggap hanya perempuan yang boleh menangis dan laki-laki tidak patut menangis. Misalnya pula, menikmati diskriminasi fisik yang ramai di acara komedi televisi. Pun pertanyaan asal muasal ketika berkenalan dengan orang baru bisa menjurus pada pengelompokan dan pembedaan orang karena asal daerahnya. Kecenderungan mengelompokkan orang lain ini dan melakukan pembeda-bedaan inilah yang perlu dihilangkan.

Sudah terlalu banyak Undang-Undang Anti Diskriminasi yang diciptakan di muka bumi. Padahal sebenarnya solusinya hanya satu: penghapusan rantai diskriminasi sekarang juga. Satu-satunya cara paling ampuh melawan diskriminasi adalah dengan tidak melakukan diskriminasi itu sendiri. Dari diri sendiri. Kalau tidak, entah sampai kapan lagi umat manusia hanya akan berkutat dengan perbedaan. Dunia tidak akan berubah selama manusia tidak mau berubah.[nad]

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.” (Surah Ar-Rad:11)

---

Dimuat dalam muslim-academy.com pada 25 Desember 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan