24 Januari 2012

selamat tinggal

based on Sephia – Sheila On 7

Hujan deras mengetuk jendela kamarmu, Sephia. Sejak enam jam yang lalu hingga tengah malam seperti ini langit gelisah dan berbuat gaduh. Seolah tahu apa yang berkecamuk di hatiku.

Kau Sephia, juga tahu aku gelisah. Namun memilih percaya padaku ketika kukatakan aku baik-baik saja dan tersenyum riang sepanjang malam ini untuk menghiburku. Kini kau tertidur pulas di pangkuanku karena kelelahan. Namun bibir pucatmu tersenyum bahagia.

Aku sangat bahagia dapat membuatmu bahagia, Sephia. Hanya di hadapanmu aku benar-benar mampu menjadi diriku sendiri sedangkan di luar aku menjadi orang lain. Hanya bersamamu aku tahu apa itu bahagia sedangkan di luar aku hanya berpura-pura.

Malam ini kau bisa tertidur dengan nyaman kan Sephiaku? Setelah seminggu terakhir kau membutuhkan obat tidur untuk melupakanku setidaknya empat jam saja setiap harinya untuk bisa memejamkan mata. Wajahmu pucat dan kelopak matamu menghitam karena kurang tidur.

Dan semua itu karena aku, Sephia.

Itu semua karena aku tanpa tahu diri datang ke hidupmu, yang dengan sengaja mencuri hatimu yang polos itu. Meskipun aku tahu tidak ada apa-apa yang bisa kuberikan padamu. Aku tidak bisa bersamamu, sejak awal aku tahu itu. Aku sudah ada yang memiliki dan aku tidak bisa meninggalkannya. Keberadaanku selama ini hanya memberimu luka. Dari dulu awal kita bertemu, sampai kapanpun.

Aku tidak memaksamu memahamiku karena aku sudah terlalu banyak menyakitimu, Sephia.

Perlahan aku memindahkan kepalamu ke bantal. Membelai rambut indahmu. Membetulkan letak selimut yang menghangatkanmu malam ini.

Bening matamu yang terpejam telah lama kubuat berkaca-kaca. Kedua pipimu sudah terlalu sering dialiri air mata. Aku membuatmu sakit karena cintamu untukku. Tidak ada apa-apa yang bisa kuberikan padamu. Perasaanku padamu malah semakin menyakitimu. Aku memberimu harapan padahal aku tahu aku tidak bisa bersamamu. Aku tidak bisa, aku tidak berani, meninggalkannya.

Hujan sudah mereda dan suara detak jam dinding kini terdengar perlahan. Maafkan aku, Sephia. Lelaki pengecut sepertiku tidak pantas untukmu.

Aku sudah memutuskan. Bahwa aku tidak akan kembali lagi padamu, Sephia.

Malam ini akan menjadi kali terakhir aku menemuimu. Hatiku terasa sakit karena kutahu, ketika kau bangun tidur nanti, ketika kau sadar bahwa aku tidak akan kembali, aku akan menjadi lelaki yang paling kau benci sedunia karena telah meninggalkanmu.

Tapi kebencian memang lebih pantas kau berikan pada lelaki pengecut sepertiku daripada cinta.

Jangan pernah berikan hati polosmu itu pada lelaki pengecut sepertiku lagi, Sephia. Berikanlah pada lelaki yang mencintaimu sepenuhnya. Lelaki yang mampu memberikan hidupnya padamu. Lelaki yang tidak pernah berpikir untuk meninggalkanmu apalagi melupakanmu.

True love stories never have endings –Richard Bach

Lelaki itu bukan aku. Cinta sejatimu bukan aku, Sephia.

Untuk yang terakhir kali, aku mengecup keningmu, lebih lama dari biasanya. Aku selalu berharap kau bahagia Sephia. Meskipun caraku melakukannya adalah dengan membuatmu terluka.

Jangan mencariku lagi karena tidak ada yang bisa kau harapkan dari diriku selain luka. Sebenarnya aku pun tidak tahu bagaimana harus bersikap padamu setelah ini. Aku tidak tahu di mana harus kutaruh mukaku menghadapimu. Lupakan aku dan anggap saja kau tidak pernah mengenalku dalam hidupmu, Sephia.

Aku mengambil jaket yang kusampirkan di lengan sofa. Memakainya kembali sambil mengemasi barang-barangku yang tidak banyak di rumahmu.

Aku sungguh ingin melihatmu bahagia, Sephia. Aku memang sangat jahat, bahkan niat baik yang aku punya kulakukan dengan menyakitimu.

Satu-satunya cara bagimu untuk bahagia adalah dengan melupakanku. Sesegera mungkin. Satu-satunya cara bagiku membuatmu bahagia pun dengan meninggalkanmu. Kita berdua tidak akan mungkin bersama. Aku bukan untukmu, Sephia. Aku tidak pantas untukmu.

Aku beringsut perlahan keluar rumah, berusaha tidak menimbulkan bunyi. Aku tidak berniat membangunkanmu. Alasan terbesarnya karena aku tidak mampu melihatmu menangis, Sephia.

Kau yang lugu dan polos itu akan mendapatkan pelajaran berharga tentang cinta, Sephia. Aku tahu kau bisa melaluinya sendirian. Kau kuat, dan akan lebih kuat lagi setelah berhasil melupakanku. Aku yakin itu.

Sama tulusnya dengan butiran gerimis yang jatuh ke bumi, aku sungguh berharap kebahagiaanmu. Tanpa kehadiranku dalam hidupmu.

2 komentar:

  1. wewewe, sephia. ayoo diikutin di 30harimenulissuratcinta ;P

    BalasHapus
  2. yang ini udah ikut Tribute To Sheila On 7 mel,

    BalasHapus

tulis saja apa yang kau pikirkan