18 Februari 2012

aku, rokok, dan laki-laki

aku sangat penasaran dengan rokok. hampir semua temanku tahu itu. tentang bagaimana cara kerjanya. tentang bagaimana cara menggunakannya. tentang bagaimana banyak hidup orang tergantung padanya. dan bagaimana menjauhinya.

terkadang aku ingin mencobanya. hampir semua temanku tidak suka padaku karena itu. beberapa menganggapku rendah. beberapa menghina dan seenaknya saja pergi. dan ada dua orang laki-laki berlatar belakang berbeda yang sedang dekat padaku dan masing-masing menanggapi penasaranku dengan cara yang berbeda pula.

ketika aku mengatakan aku penasaran ingin tahu rasanya merokok, lelaki pertama, ia perokok, menanggapi, "kamu boleh merokok, asal jangan di depanku". aku mengatakan hal yang sama kepada lelaki kedua, ia bukan perokok, dan ia menanggapi, "kamu boleh merokok, hanya kalau di depanku."

mereka berdua dekat denganku dalam hal hubungan, namun sangat jarang bertemu denganku, paling tidak dua kali dalam setahun. tadinya aku menganggap jawaban mereka biasa saja seperti pertanyaanku. merokok saat berada atau tidak berada di hadapan mereka biasa saja bagiku. namun lambat laun aku menyadari satu hal.

laki-laki pertama, merasa dirinya memiliki hidupku. ia merasa bisa mengatur kapan dia tidak ingin melihat keburukanku dan hanya melihat kebaikanku. untuk keburukanku, andai saja aku benar-benar merokok, ia lepas tangan dan tidak mau tahu. ia hanya ingin baiknya saja. kalau aku perokok, aku punya kesempatan sangat banyak untuk merokok daripada tidak, mengingat aku hanya bertemu dengannya setahun dua kali.

laki-laki kedua, orang yang sangat hati-hati. ia bahkan tidak merokok dan malah hanya memperbolehkan aku merokok di depannya. ia dengan kehati-hatiannya itu, justru merasa dapat menjadi orang yang mengontrol ritme rokokku kalau aku perokok, barangkali juga dapat membuatku lupa atas rasa penasaranku dengan mengalihkan perhatian, pada es krim misalnya. kalau aku perokok, dan diperbolehkan merokok hanya ketika di hadapannya, dua kali dalam setahun itu, mungkin aku tidak akan menjadi seorang perokok, dan lupa dengan rasa penasaranku itu.

dari hal yang sederhana, aku bisa menilai laki-laki mana yang pantas untuk mendampingi hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan