25 Desember 2012

(Palestina #2) Kisah Tembok Pemisah.

Sejak 16 Juni 2002, Pemerintah Israel membangun Tembok Pemisah di Yerusalem. Panjang tembok seluruhnya 750 kilometer dengan tinggi delapan meter. Dinding beton tebal ini dilengkapi dengan parit perlindungan, kawat berduri, kawat beraliran listrik, menara pengawas, sensor elektronik, kamera video, pesawat pengintai tanpa awak, menara penembak jitu, dan jalanan untuk patroli kendaraan. Intinya: tidak ada kemungkinan menerobos tembok.

Tembok itu dibangun secara zig zag melalui sepuluh dari sebelas distrik; melintasi semua kota di Tepi Barat. Pembangunan tahap pertama mulai dari sebelah barat Tepi Barat hingga utara Yerusalem sepanjang 145 kilometer sudah selesai pada Juli 2003. Tahap kedua sedang berlangsung, mulai dari timut Tepi Barat hingga selatan Yerusalem.
Pembangunan tembok pemisah ini bukan tanpa kendala. Tembok ini memakan biaya yang sangat besar yang jumlah total biaya pembangunannya tidak pernah diumumkan ke publik. Hanya saja, sekadar untuk biaya perawatan tembok menghabiskan dana sebesar US$ 4.7 juta/kilometer. Sehingga keseluruhan dana yang dibutuhkan Israel untuk perawatan tembok pemisah sepanjang 730 kilometer tersebut sebesar US$ 3.4 Milliar (Rp 33 Trilliun).

Dengan dibangunnya Tembok Pemisah antara Jalur Gaza dan wilayah Israel, mobilisasi rakyat Palestina menjadi sangat terbatas. Tidak setiap orang dapat keluar dari tembok pemisah. Kalaupun bisa, perbatasan dijaga dengan sangat ketat, dan harus melalui prosedur pemeriksaan yang berlapis-lapis. 1,5 Juta penduduk Jalur Gaza yang berada di dalam tembok, diblokir Israel. Keberadaan tembok ini memudahkan Israel melakukan blokade kepada penduduk Jalur Gaza.

Sebenarnya pada tahun 2004, Pengadilan Internasional di Den Haag mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa tembok pembatas yang dibangun Israel itu ilegal dan harus dibongkar. Namun Israel tidak mengindahkan resolusi itu dan tetap meneruskan pembangunan tembok pembatas tersebut.

Terlebih hasil pemilu Palestina pada 2007 yang dimenangkan oleh Hamas, kelompok anti-Israel garis keras, membuat Israel murka. Karena itu sejak pertengahan Juni 2007, seluruh pintu perbatasan laut, udara, dan darat antara Jalur Gaza dengan wilayah sekitarnya, ditutup. Termasuk perlintasan Erez dan Sovia (Gaza-Israel), Rafah (Gaza-Mesir), dan Karen Shalom (Gaza-Mesir-Israel). Lalu lintas penumpang, barang, dan jasa pun sangat dibatasi. Sehingga pasokan bahan makanan, air, listrik, obat-obatan, dan material lain pun menipis.

Tidak hanya blokade yang diderita penduduk Jalur Gaza, Tembok Pemisah juga memisahkan seorang kekasih dari pasangannya yang berada di luar tembok. Ia juga memisahkan suami dari istrinya dan ayah dari anak-anaknya kalau ia dipenjarakan Israel. Ia memisahkan penduduk Jalur Gaza dengan pekerjaannya mencari nafkah karena kebutuhan sehari-hari yang harganya semakin melambung akibat blokade. Yang paling penting, Israel membangun ‘penjara’ bagi penduduk Jalur Gaza yang tidak berdosa.

Pembangunan Tembok Pemisah yang berhasil dari sudut pandang Israel ini bukan berarti tanpa protes. Tentangan pertama datang dari penduduk yang wilayahnya dikelilingi Tembok Pemisah, mereka tidak ingin diblokir. Tantangan kedua datang dari masyarakat internasional. Tentu saja isolasi yang dilakukan Israel selama ini adalah pelecehan kemanusiaan.

Kasus Tembok Berlin membelah Kota Berlin jadi dua: Berlin Jerman Barat dan Berlin Jerman Timur, juga sudah lama selesai. Keruntuhan Tembok Berlin dinilai sebagai dimulainya dunia baru yang demokratis dan peduli pada Hak Asasi Manusia. Tapi kenyataannya tidak. Israel malah meniru habis kelakuan rezim represif, kediktatoran, tiranik, kejam, dan berdasarkan penindasan, dengan membangun Tembok Pemisah yang berdiri angkuh membelah Tanah Palestina.

---

Bibliografi:
Assegaf, Faisal. Ironi Palestina. Jakarta: Hamas Lovers. 2010.
http://www.atjehcyber.net/2012/04/tahukah-anda-tembok-pemisah-palestina.html diakses pada tanggal 20 Desember 2012

---
Dimuat di muslim-academy.com pada 19 Desember 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan