08 September 2012

Mempertanyakan

Kenapa memangnya dengan mempertanyakan?
Hobiku menulis catatan dalam bentuk daftar pertanyaan setiap harinya.
Aku tidak tahu kenapa dengan orang-orang. Sepertinya mereka peduli sekali padaku yang suka mempertanyakan dan tidak berhenti mempertanyakan meski mereka semua bersikap seperti berikut padaku.

Seseorang mengasihani diriku yang lebih sering menghabiskan waktu sendirian dan menuliskan pertanyaan dalam buku catatan daripada menanyakannya pada orang lain. Ia memintaku lebih banyak bersosialisasi pada orang lain karena dianggapnya aku asosial. Ia berjanji pula untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan dengan membawaku menemui ahli-ahli yang bisa menjawabnya. Namun orang itu pada akhirnya meninggalkanku tiba-tiba. Lupa akan janji-janjinya. Dan aku tetap menuliskan pertanyaan.

Seseorang lainnya melihat buku catatanku terbuka dengan tak sengaja dan penasaran tentang apa yang sedang kutulis. Maka kujelaskanlah. Lalu dia bilang, hidupku terlalu penasaran sekali, kalau aku mati sekarang ini, mungkin aku menjadi hantu penasaran yang menjadi arwah gentayangan karena memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab. Begitukah? Aku sih biasa saja.

Seseorang lainnya merasa bahagia karena aku mempertanyakan. Katanya, ia percaya bahwa aku mampu melalui setiap proses yang terjadi dalam hidupku. Dan mempertanyakan hidupku dengan menuliskannya adalah sebuah proses pendewasaan yang tidak semua orang berhasil melaluinya dan melalui jalan yang sama. Aku terharu sekali, di saat krisis kepercayaan yang terjadi pada diriku, ternyata masih ada seseorang yang percaya pada orang sepertiku.

Dua orang lainnya membuka catatanku diam-diam dan menggosipkannya bersama. Aku akhirnya tahu apa yang telah mereka lakukan. Tapi tidak marah, karena memang tidak ada yang perlu ditutup-tutupi dari pertanyaan-pertanyaanku, aku hanya penasaran. Kenapa ada orang yang penasaran tentang apa yang sedang dipikirkan orang lain? Aku bukan orang terkenal, aku kan biasa saja. Aku mempertanyakan dan aku menyimpulkan jawaban. Bukankah setiap orang sebenarnya juga melakukan hal yang sama namun mereka hanya tidak sadar saja? Kenapa penasaran dengan pikiran orang lain? Kenapa tantangan terbesar dalam menuliskan catatan harian itu adalah orang lain yang penasaran dengan apa yang ditulis seseorang?

Seseorang lainnya membuka buku catatan harianku, membaca daftar pertanyaannya, dan menjawabnya apa adanya dengan mudah sekali seperti menjawab buku Teka Teki Silang. Kenapa aku mempertanyakan dengan sulit sekali namun ada yang mudah sekali menjawabnya? Terlepas dari jawaban yang diberikan benar atau salah.

Seseorang mempertanyakan apakah aku akan membukukan buku pertanyaanku. Lalu kujawab ya. Lalu apakah aku menyertakan jawabannya dalam buku itu, tanyanya. Tentu saja tidak, bahkan mungkin ada banyak pertanyaan yang tidak bisa kujawab hingga aku mati. Lalu apa poinnya, mempertanyakan tapi tidak memberikan jawabannya, tanyanya lagi. Kujawab dengan pertanyaan retoris, bukankah mempertanyakan dan menjawab pertanyaan adalah dua hal yang berbeda. Lalu kujawab terakhir kalinya, setidaknya untuk membuatnya puas, barangkali kunci jawaban untuk segala pertanyaan manusia ada di Al-Quran.

Seseorang lagi memperingatkanku tegas agar berhati-hati dengan pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Meski aku orang yang terlalu banyak berkontemplasi, setidaknya aku harus tahu batasan agar tidak sampai menjadi gila. Namun apa artinya gila? Barangkali seorang gila hanyalah seorang minoritas di tengah dunia yang tidak berpikir sama dengannya.

Sisanya, orang-orang tidak peduli apakah aku mempertanyakan ataupun tidak. Aku pun juga, tidak peduli mereka mempedulikanku atau tidak.

7 komentar:

  1. semangat sekali... Salam untuk pertanyaan-pertanyaanmu, jangan-jangan kamu kalah hidup sama pertanyaanmu sendiri. loh kok? :D

    BalasHapus
  2. aku dan pertanyaanku adalah sebuah kesatuan. jika pertanyaanku tidak hidup, maka aku lah yang demikian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pernah ada seseorang yang cemburu pada pertanyaan-pertanyaanmu?

      Hapus
    2. barangkali saja ada. aku tidak tahu.
      perasaan cemburu kan pada dasarnya terselubung, ia tidak terang-terangan diungkapkan.

      Hapus
  3. eung..

    kalo nad, bertanya
    tujuannya untuk beroleh jawaban
    atau untuk menjalankan kebenaran dari jawaban?

    *malah jadi nanya

    BalasHapus

tulis saja apa yang kau pikirkan