Ada sebuah kisah tentang seekor laba-laba betina. Ia berbeda. Ia luar biasa. Ia hebat. Ia penuh akan dirinya sendiri.
Ia buat jaring di mana-mana. Ia punya mimpi besar.
Tentu banyak jantan terperangkap jaringnya. Siapa yang tidak jatuh pada laba-laba betina yang mandiri, berkarakter, dan luar biasa?
Dengan mudah jantan ditaklukkan. Lalu dimakan. Biasa saja. Semua jantan sama rasa sama rupa. Selesai satu, ia buat jaring baru.
Ya baiklah, memang ada jantan yang berbeda. Ada yang benar cinta. Ada yang berkelana. Tapi tetap saja, laba-laba betina tak punya rasa iba.
Entah berapa jantan telah ditelan. Entah berapa jaring telah disulam. Laba-laba betina berjaya.
Sampai suatu ketika, tak ada ruang yang tersisa karena kerja keras sulamnya, tak ada jantan yang terperangkap karena habis ditelannya.
Ia pun kesepian sendirian. Ah ya, selama ini pun ia kesepian meski ditengah banyak mimpi dan banyak jantan.
Ia hilang kendali pada pijakannya. Jatuh. Terperosok. Terperangkap pada jaringnya. Tak kuasa memberontak.
Lalu mati menjadi pilihan. Meski menghadapi kematian sendirian dalam jaring sepi yang dibuatnya sendiri, adalah tragis.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tulis saja apa yang kau pikirkan