08 September 2012

An Aformisme

Kadang sesuatu terasa indah ketika begitu sangat ingin dimiliki, an.
Tapi ketika sudah dimiliki apalagi ditaklukkan,
tak terasa lagi indahnya.
Maka kubiarkan saja seperti ini.
Sementara.
Ya, barangkali sementara tak selama yang kukira.

---

Mungkin salah satu alasan aku sedang tidak ingin menjalin hubungan dengan laki-laki baru adalah karena aku sendiri butuh waktu untuk menyelesaikan urusan hatiku sendiri.
Sebelum berani mencuri hati orang lain lagi.

---

Apa itu kemerdekaan pribadi, tanya an suatu kali.
Kujawab, yang paling utama adalah kemerdekaan dalam menentukan sikap atau pilihan, terhadap apa saja.

---

Kamu,
ya kamu,
hati-hati jatuh cinta padaku.

---

Kalau suatu saat kau merindukanku,
apa yang kau rindukan?

---

Kan sudah kukatakan an,
aku tidak punya hati.
Maka aku hanya bisa memberikan kepercayaan dan persahabatan.

---

Nah, hari ini kubuat kau patah.
Apalagi yang akan kubuat padamu esok?

---

Bisa jadi kau menghadapi wanita serupa laut.
Kagum tak apa, tapi jangan sampai jatuh cinta.
Karena kalau kau biarkan, cinta bisa membuatmu tenggelam karena kedalamannya yang biru mempesona.
Membuatmu hilang kendali akan kapalmu dan hidupmu.
Dan tak ada jalan kembali.

Ia wanita berbahaya.

Barangkali ia perempuan pejalan yang membawa ransel berisi cinta.
Ia tak menyerahkan cinta pada siapa-siapa, dari tangannya, dan juga dari bibirnya.
Tapi ransel itu berlubang, cinta tercecer sepanjang jalan.
Ada di pungut orang, ada diperebutkan orang, ada diinjak orang.
Tapi ia tak peduli.
Pun tak menambal lubang ranselnya.
Meski tahu.

---

Kata-kata juga bisa menjauhkan manusia, an.

---

Dingin sekali.
Ya. Hati kamu.
Apalagi?

Seandainya saja air mataku
cukup panas untuk melelehkan hati bekumu itu.

Tadinya kupikir tidak ada tempat
yang memiliki semua iklim
dan mengalami semua musim.
Ternyata ada an.
Hatimu.

---

Hatiku ternyata berupa eskrim.
Yang akan terus membeku.
Mungkin hinga nanti meleleh karena senyummu yang entah kapan itu.

---

Bertanya 'kapan' itu memojokkan,
bertanya 'kenapa' itu mencerdaskan.

---

Aku tidak tahu an,
mana hujan, mana air mata, mana cinta.

5 komentar:

  1. plok.plok.plok... tepuk tangan lagi. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. tepuk tangan kenapa? hehehe. yuk latihan pramuka kalau gitu. tepuk pramuka!

      Hapus
    2. nggak ah... pramuka itu. Wow!

      Hapus
  2. "Kenapa bertanya kapan itu berbahaya? Kapan pertanyaan kapan menjadi berbahaya? halaah
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan itu sangat berbahaya. misalnya seperti ini: kapan akang nikah? nah loh.

      Hapus

tulis saja apa yang kau pikirkan