09 Maret 2013

Aku Beruntung Masih Muda

Aku merasa beruntung sekali bisa ke Madinah dan Mekkah dalam usia muda. Selain sebagai ibadah ruhani, sebagian besar ibadah yang dilakukan di kedua kota itu merupakan ibadah fisik.

Lihat saja, jalan kali beberapa ratus meter setiap pulang pergi shalat wajib berjamaah lima kali dalam sehari. Sekali tawaf sebanyak tujuh kali putaran. Sai antara kedua bukit sebanyak tujuh kali. Naik turun tangga masjid. Duduk, rukuk, sujud, berdiri, beratus-ratus kali dalam sehari. Semua itu berat bila dilakukan orang-orang sepuh dengan keterbatasan stamina, kesulitan bergerak, dan berubah sikap tubuh dalam waktu yang singkat.

Aku merasa aku kurang ajar kalau aku sebagai anak muda tidak berangkat melalui perjalanan yang jauh dan berat menuju Madinah dan Mekkah. Padahal ada begitu banyak orang-orang yang lanjut usia yang berangkat ke sana. Padahal banyak orang dengan kesusahan fisik berangkat dengan merayap. Padahal banyak orang sakit, sekarat, hampir mati, berangkat ingin berdoa di sana. Apa aku ini tidak angkuh kalau aku yang masih muda, begini mudah bergerak, begini kuat, begini sehat, begini ramping, tidak ingin berangkat ke Madinah, Mekkah, dan Jerusalem untuk menundukkan diri?

Sebagai anak muda yang jarang-jarang ditemukan di sana, ada banyak hal yang bisa menjadi ladang pahala dan sumber kebaikan. Di sana ada ribuan orang yang bisa dibantu. Membantu menjelaskan tata cara umrah. Membantu memberikan petunjuk arah dan nama jalan. Menuntun seorang nenek untuk naik dan turun tangga. Mendorongkan kursi roda. Membagi sajadah. Mengantrikan dan mengambilkan air zamzam. Meraihkan Al-Quran. Menjadi guide ke Raudah. Mengantar orang tersesat. Dan masih banyak lagi kebaikan yang bisa dilakukan seorang anak muda di Tanah Suci selain beribadah pontang panting.

Maka aku merasa beruntung sekali bisa ke sana selagi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis saja apa yang kau pikirkan